Feeds:
Posts
Comments

Archive for December, 2009

Jangan Salahkan

“Kamu cewek atau cowok, Dik?”, pandangannya menyelidik, kemudian ditujukan pada badge nama saya.

“Cewek, Dok”, jawab saya singkat sambil nyengir kuda*

“Nggak pengen manjangin rambut?”, dia bertanya sambil menatap saya melalui bagian atas bingkai kacamatanya.

“Nggak, Dok. Panas”, jawab saya, masih dengan cengar-cengir.

“Kamu pernah pakai rok?”, tanyanya lagi.

” Pernah, Dok, waktu sekolah dulu sama kalau ada acara keluarga”.

” Punya saudara? Kakak atau adik?”

“Punya, Dok. Kakak, cowok”.

“Hm…Ibu rambutnya juga pendek?”

“Iya, Dok”.

“Ibu pernah pakai rok?”

“Pernah, Dok. Tapi lebih sering pakai celana, lebih praktis untuk kerja”.

“Ow…gitu”, dia tampak puas dengan jawaban saya. Sementara cengiran saya sudah hilang sejak dia mulai menyinggung tentang Mama. Ya, saya paling tidak suka kalau sikap, tindakan, ataupun penampilan saya dihubung-hubungkan dengan orang tua. Tatapan puas mereka ketika samapai pada bagian Mama yang berambut pendek dan lebih sering menggunakan celana panjang seolah mengatakan, “Pantas anaknya begini, Mamanya seperti itu”.

Saya tidak suka Mama saya disalahkan atas penampilan saya. Saya berpenampilan begini karena saya nyaman dengan apa yang saya kenakan. Tidak ada hubungannya dengan Mama saya. Mama toh tetap memakaikan rok waktu saya kecil. Sering pula beliau menguncir rambut saya yang cuma sedikit waktu itu. Setiap ke gereja, Mama hampir selalu memakaikan rok pada saya. Jadi, tolong jangan salahkan Mama saya tentang penampilan saya.

Saya bukan korban salah asuhan. Bukan seorang anak perempuan yang sengaja didandani sebagai anak laki-laki. Saya memakai apa yang saya pakai karena saya suka. Titik. Jadi, berhenti menunjuk Mama saya sebagai penyebab penampilan saya ini. Berhenti pula menuding seolah saya aneh karena lebih suka memakai pakaian seperti ini. Toh, saya tidak pernah meminta uang kalian untuk membeli baju-baju saya, kalian manusia-manusia sok tahu yang mencoba menganalisis kehidupan orang lain.

*beneran deh, saya sebetulnya belum pernah lihat kuda nyengir, apalagi nyengir bareng-bareng kudanya. Siapa sih yang bikin istilah ini?

Read Full Post »

Cinta?

Berapa kali kamu jatuh cinta? Indahkah rasanya? Apakah hatimu serasa dipenuhi bunga warna-warni? Apakah harimu seperti selalu melihat pelangi? Ataukah justru kamu merasakan nyeri yang mendalam? Karena ia tak mampu kau raih dan begitu jauh dari jangkauan?

Ketika kamu mengatakan itu cinta, mengapa kamu yakin itu cinta? Ketika kamu memilihnya, benarkah kamu yakin akan dirinya? Ketika kamu memiliki hatinya, yakinkah kamu mampu menjaganya? Ketika kamu katakan akan setia selamanya, mampukah kamu menjalaninya? Ketika kamu bersamanya, adakah hatimu untuknya?

Saya hanya bertanya karena hati selalu tahu kemana dia ingin berlabuh, tetapi manusia terkadang terlalu egois untuk mendengar kata hati. Namun ada kalanya hati terlalu menggebu, hingga ia tak mau berkompromi dengan logika. Merasa segalanya adalah benar atas nama cinta.

Saya berpikir cinta bukanlah sekedar kata-kata. Bukan sesuatu yang bisa dipilih dan kemudian ditinggalkan begitu saja. Ketika mencinta, logika juga perlu diberi kesempatan bersuara. Ketika mencinta, kita tetap harus sadar bahwa dia tidak berdiri sendiri. Cinta berdiri ketika ada penghargaan, ada kekaguman, ada kasih, ada maaf, dan ada kesetiaan.

Saya berpikir, hanya berpikir…Karena sesungguhnya saya masih belajar tentang cinta.

Read Full Post »